Nama H. Syahroni sudah tidak asing lagi di kalangan kicaumania wilayah sidoarjo, Blok Tengah, dan kawasan sebelah barat (Candi). Kendati baru tiga tahun terakhir ini aktif sebagai pemain, sebagian besar gaconya terus berprestasi di berbagai even.
Beberapa burung koleksinya yang langganan juara antara lain duo cendet Brontoseno, dan Mayapada. Dia juga memiliki Sangek, Pleci Auriventer sebagai gaconya dikelas burung kecil.
“Saya membeli cendet Mayapada tahun 2014. Mulai Anakan dan masih ngeloloh Jadi sekarang sudah dua tahun di tangan saya,” tutur H. Syahroni di sela-sela persiapan latber di Pelita SF Sidoarjo.
Cendet Mayapada baru saja merampungkan masa mabungnya. Kontes Kicau Sehat Minggu Ceria Di Sidoarjo, Minggu (20/7) ini, pun merupakan penampilan perdananya pascamabung.
Om Cipo, selaku mekanik cendet-cendet koleksi H. Syahroni, mengakui kalau perawatan Mayapada tak terlalu ribet. “Sebelum lomba, cukup diberi lima ekor jangkrik, satu sendok the kroto, dan lima ekor ulat hongkong,” ujarnya.
Saat di lapangan, cendet Mayapada tidak perlu dimandikan. Sebab apabila dimandikan dilapangan akan gembos alias tenaganya habis.
Dengan cara inilah, Mayapada selalu siap tempur di lapangan.Gayanya ketika bertarung sering njeglek / nyeklek, yaitu kepala mendongang ekstrem ke atas.Itu dilakukannya sambil ngerol, disertai tonjolan lagunya yang terdiri atas lovebird, burung gereja tarung, serindit, pelatuk, tengkek, jangkrik, walet, dan belalang.
“Durasi kerjanya maksimal, dengan speed rapat dan lagu yang berselang-seling. Volumenya kencang dan tebal. Kalau untuk golongan cendet, ya tembuslah,” kata H. Syahroni.
Dengan penampilan dan performa suara seperti ini, tidak mengherankan kalau banyak cendetmania yang berminat untuk meminangnya. Sejauh ini, tawaran tertinggi datang dari kicaumania Bali, yaitu Rp 20 juta. Hanya saja, H. Syahroni belum mau melepasnya.
Menurut Om Cipo, salah satu tengara penting untuk cendet agar dapat tampil maksimal di lapangan adalah ketika rontok bulu alias mabung. Harus dicek apakah mabungnya broll alias tuntas atau tidak.
“Jika rontoknya tuntas, mulai dari bulu sayap, ekor, kepala, dan dadanya, biasanya cendet ini bakal nampil maksimal di lapangan pascamabung. Tentu harus disertai dengan settingan atau setelan yang tepat setelah mabungnya rampung,” jelas Om Cipo.
Nah, berikut ini settingan / setelan tepat untuk cendet pascamabung, seperti yang biasa diterapkan Om Heru terhadap cendet-cendet koleksi H. Syahronz.
Kunci utama yang tak boleh diabaikan pada cendet pascamabung adalah penjemuran. Dalam hal ini, proses penjemuran harus dilakukan secara bertahap:
- Pada minggu pertama,durasi penjemuran cukup 15-20 menit saja.
- Minggu kedua, durasi penjemuran ditambah menjadi 30-45 menit.
- Minggu-minggu berikutnya terus ditambah,sehingga bulu-bulunya nampak matang dan tua.
- Jika bulu-bulunya sudah matang dan tua, penjemuran bisa dilakukanmaksimal selama 3 jam,mulai pukul 08.00 hingga 11.00.