Belajar Ilmu Burung Indonesia Terpercaya

Solusi Cucak Hijau Gagal Bongkar Isian

Salah satu problem yang sering dihadapi pemilik cucak hijau ketika lomba adalah burung gagal atau jarang bongkar lagu-lagu isiannya. Padahal, dalam kondisi seharian di rumah, burung selalu mampu membawakan lagu-lagu isiannya seperti cucak jenggot, lovebird, dan kenari. Banyak faktor penyebab sehingga cucak hijau gagal bongkar isian saat lomba. Apa sajakah? Adakah solusinya?

Cucak hijau merupakan burung cerdas, pintar meniru suara burung lain dalam waktu singkat dan fasih melagukannya. Karena kepintaran tersebut, cucak hijau kerap dijuluki burung latah. Burung ini bahkan bisa menirukan suara burung lain yang didengarnya, sengaja atau tidak, hanya dalam waktu 1 hari.



Solusi Cucak Hijau Gagal Bongkar Isian

Tetapi karakter cucak hijau tak selalu sama antara individu yang satu dan individu lainnya. Ada cucak hijau yang kelatahannya berdampak negatif saat lomba. Misalnya, dia malah menirukan suara cucak hijau yang menjadi musuhnya, sehingga lupa dengan isiannya selama ini. Cucak hijau memang pintar meniru suara burung master, tetapi juga mudah melupakan isiannya.

Faktor lain yang membuat cucak hijau gagal membongkar isiannya saat lomba adalah birahi rendah, atau justru birahi terlalu tinggi. Biasanya hal ini dipengaruhi setelan extra fooding (EF), khususnya jangkrik dan ulat hongkong, atau perawatan yang tidak tepat sesuai dengan kebutuhan cucak hijau tersebut.
Kondisi emosi burung juga berpengaruh, dan ini terkait pula dengan tidak terpenuhinya kebutuhan / keingunan burung. Agar cucak hijau mampu mengeluarkan isiannya, diperlukan pengenalan karakter secara teliti pada burung tersebut, termasuk mengamati kondisi emosinya. Jika terlalu emosi, maka yang keluar biasanya hanya gaya (ngentrok, njabrik) dan tonjolan atau bunyi pendek-pendek saja.
Secara umum, ada dua tindakan yang bisa dilakukan sebagai solusi mengatasi cucak hijau yang gagal membongkar isiannya saat lomba. Pertama, penanganan burung selama berada di rumah. Kedua, penanganan burung selama berada di lapangan / arena lomba.

Berikut ini uraian tentang solusi menangani cucak hijau yang gagal membongkar isiannya, baik ketika di rumah maupun di lapangan. Anda bisa mencoba satu persatu, sesuai dengan kondisi yang dialami cucak hijau, dan boleh jadi ada lebih dari satu solusi yang bisa diterapkan sekaligus.

PENANGANAN DI RUMAH

1. Faktor kerodong
Masalah kerodong bersifat relatif, tergantung dari karakter burung. Tetapi faktor ini dapat dijadikan salah satu target untuk memperbaiki penampilan cucak hijau di lapangan.
Ada dua pendapat mengenai perlu dan tidaknya cucak hijau dikerodong pada malam hari. Sebagian mengatakan, cucak hijau yang dikerodong pada malam hari biasanya cepat birahi. Jika kebiasaan ini juga dilakukan pada malam menjelang lomba, maka burung biasanya gagal bongkar isian saat tampil di lapangan. Menurut Om Slamet, tidak masalah kalau cucak hijau tak dikerodong sama sekali.
Tetapi, beberapa pemain yang rutin mengerodong burungnya setiap malam mengaku tak mengalami masalah ketika cucak hijau tampil di lapangan. Histeris, cucak hijau terbaik nasional saat ini, bahkan fullkerodong pada hari Sabtu (H-1).
Itu sebabnya, Om Kicau menganggap faktor kerodong bersifat relatif, tergantung dari karakter dan kebiasaan burung. Silakan dicermati bagaimana respons cucak hijau Anda ketika dikerodong atau tidak.
Yang perlu diperhatikan adalah detik-detik menjelang burung digantang di arena lomba. Menjelang lomba, burung jangan terlalu lama dikerodong. Begitu tiba di arena lomba, buka kerodong sebentar, kemudian ditutup lagi. Biasanya burung langsung njegrik sambil bunyi.
Kalau sesi cucak hijau yang Anda ikuti masih lama, sebaiknya burung dibawa ke lokasi yang agak sepi, kemudian buka kerodongnya.
2. Jauhkan dari cucak hijau lainnya
Kalau di rumah ada lebih dari seekor cucak hijau, usahakan kedua burung tidak saling mendengar. Bahkan, mulai H-2, burung sebaiknya tidak mendengar suara burung lain, apapun jenisnya. Hal ini karena cucak hijau dikenal sebagai burung latah, pintar meniru suara burung lain dalam waktu cepat.
Jika yang suara yang terdengar adalah burung masternya selama ini, tentu tidak masalah. Namun kalau suara burung lain yang baru didengarnya, ini bisa mengacaukan playlist lagu-lagu isian yang terekam dalam memori burung selama ini.
3. Kurangi porsi extra fooding (EF)
Ketika cucak hijau dalam kondisi birahi terlalu tinggi, apalagi sampai over birahi (OB), tentu sulit bagi burung untuk bisa bongkar isiannya.
Faktor yang membuat birahi tinggi pada cucak hijau bermacam-macam, tetapi yang paling dominan adalah setelan extra fooding (EF) yang terlalu tinggi, terutama jangkrik yang diberikan setiap hari dan ulat hongkong yang biasanya diberikan mulai H-1 dan saat lomba.
Karena itu, bagi sobat kicaumania yang burungnya selalu gagal masuk 10 besar, tidak ada salahnya mengutak-atik kembali setelan EF, dengan melakukan pengurangan porsi jangkrik dan / atau ulat hongkong sedikit demi sedikit, sambil dipantau perkembangannya, terutama kondisi birahinya.
Demikian yang dapat kami berikan solusi. Semoga bermanfaat.
Share:

Menyiapkan Lovebird Jantan Untuk Lomba

Membawa lovebird jantan ke lapangan (arena lomba) yang sebagian besar diikuti burung betina memang dapat menimbulkan problem tersendiri, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lovebird betina. Apabila lovebird jantan maupun betina tidak dalam kondisi yang benar-benar stabil, maka birahinya akan melonjak dan burung pun tidak bisa nampil. 
Karena itu, diperlukan tips khusus supaya lovebird jantan bisa tampil maksimal di lapangan. Perkara lovebird betina yang menjadi lawannya mengalami over birahi karena kehadiran lovebird jantan milik Anda, bukankah hal itu justru bisa mengurangi musuh? (he.. he.. he…)
Nah, berikut ini tips mengatur birahi dan menyiapkan lovebird jantan untuk lomba. Tetapi sebelumnya, Anda perlu juga mengetahui bagaimana cara merawat lovebird jantan yang diplot sebagai burung lomba. Om Kicau pernah menayangkan tips tersebut berdasarkan pengalaman Om Satyawan dari 5758 Team.
Settinganlovebirdjantan
Dalam artikel tersebut dijelaskan bagaimana setingan dan perawatan khusus agar lovebird jantan bisa tahan banting tatkala dikepung lovebird-lovebird betina di arena lomba. Bahkan lovebird jantan milik Om Satyawan yang bernama Seiryu itu kerap membuat musuhnya yang berkelamin betina klepek-klepek sehingga gagal nampil.
Oke, kita masuk ke topik utama, yaitu mengatur birahi lovebird jantan, sekaligus menyiapkannya agar tampil stabil di lapangan.

Seperti diketahui, sebagian besar lovebird jawara berjenis kelamin betina. Contohnya lovebird Kusumo milik H Sigit WMP Klaten. Banyak yang mengira Kusumo itu lovebird jantan, karena namanya seperti nama lelaki. Padahal, kata Om Sigit, nama Kusumo diambil dari kata kusuma yang berarti bunga.
Lovebird betina mendominasi setiap lomba, karena penampilannya relatif lebih tenang (stabil) ketimbang lovebird jantan yang gampang ngeruji atau turun ke dasar sangkar. Selain lebih tenang di atas tangkringan, durasi ngekeknya juga relatif lebih panjang.
Tetapi lovebird jantan jika kondisinya benar-benar stabil juga berpeluang meraih juara, termasuk Seiryu yang kerap menjuarai even di seputaran Jogja.
Namun apabila kondisi lovebird jantan kurang stabil, biasanya burung akan terus menunjukkan perilaku gelisah, tak mau diam, naik-turun tenggeran, bahkan merayap di jeruji sangkar. Kalau sudah begitu, pemiliknya akan kerepotan melihat tingkah jagoannya itu.
Agar lovebird jantan dapat tampil maksimal saat dilombakan, maka burung sebaiknya dipisahkan dari lovebird yang lainnya. Tindakan ini dianjurkan dilakukan sejak H-5 atau lima hari sebelum dilombakan.
Selama masa karantina, lovebird jantan diberikan pakan tinggi nutrisi yang bisa diperoleh dari pakan biji-bijian yang penuh gizi dan bermutu. Selain itu, berikan juga pakan tambahan lain seperti sayur dan buah-buahan segar.
Untuk mendongkrak stamina dan mentalnya, tambahkan MaxiPlus selama perawatan harian tersebut. Produk Maxi Jaya Group ini dapat diberikan dengan cara dioleskan pada jagung muda yang sebelumnya disayat-sayat memanjang. Manfaatnya adalah menambah power dan kegacoran pada burung saat bertarung di lapangan, serta meningkatkan kestabilannya.
Selain melalui karantina dan perawatan hariannya, ada juga lovebird mania yang menerapkan metode pengecasan (ditempel burung betina), agar lovebird jantan bisa makin agresif. Hanya saja, metode ini mengharuskan Anda selalu membawa pasangannya meski sedang dilombakan.
Itulah tips mengatur birahi dan pengaturan rawatan untuk lovebird jantan agar bisa tampil lebih maksimal ketika dilombakan.

Share:

Settingan Lovebird Untuk Lomba Malam

Kehebatan lovebird Kusumo di arena lomba sudah tak perlu diragukan lagi. Bahkan rekan-rekannya sesama pemain, termasuk Om Ferry Yong (Kurnia BF Banjarnegara), pun secara sportif mengakuinya. Begitu pula Om Jimmy DS, kicaumania kawakan asal Surabaya.
Kusumo memang memiliki segudang kelengkapan untuk menjadi jawara nasional, bahkan menjuarai lebih dari 2-3 kelas dalam setiap even yang diikutinya. Misalnya sangat rajin bunyi, ngekek panjang, serta gaya dan volume yang maksimal.


LovebirdkusumoFBH

Om Jimmy DS mempunyai kesan tersendiri ketika menggelar kontes Surabaya Cup, 10 Mei lalu, tatkala lovebird Kusumo menjuarai enam kelas sekaligus (pentatrick).
“Sebelumnya beberapa lovebird mania bilang kalau volume Kusumo kurang, sekadar mengandalkan kerajinan dan ngekek panjang saja. Tapi setelah saya pantau langsung dari sesi ke sesi, menurut saya volumenya cukup tembus. Jelas terdengar dari pinggir lapangan,” kata Om Jimmy DS.
Penilaian lomba di kelas lovebird memang kompleks. Variabelnya cukup banyak. Tidak hanya volume yang keras. Meski volume LB Kusumo bukan yang paling keras, namun variabel penilaian lainnya luar biasa. Misalnya tingkat kerajinan, durasi ngekek, dan gayanya yang anteng sekali di atas tangkringan.
“Jadi, kalau melihat seluruh aspek penilaian, terus terang saya mengatakan sulit sekali mengalahkan kovebird Kusumo pada penampilan terbaiknya. Burung ini benar-benar fenomenal,” jelas Om Jimmy.
Tetapi Kusumo bukannya tidak mempunyai kelemahan. Beberapa pemain pernah mencoba “mengeksploitasi” kelemahan Kusumo, dengan harapan dapat mengalahkannya.
Misalnya ada yang menaruh lovebird muda yang banyak oncleng, dengan posisi hampir merapat ke gantangan Kusumo. Awalnya Kusumo sempat terpengaruh. Untungnya, itu tidak berlangsung lama, dan segera kembali ke karakter awalnya, sehingga tetap menang dalam even tersebut.

Problem Kusumo jika tampil malam hari

Kelemahan berikutnya pernah dibeberkan sendiri oleh pemiliknya, H Sigit WMP, yaitu kurang nampil jika turun pada saat cuaca sudah gelap atau malam hari. Ini biasa dialaminya saat Kusumo mengikuti lomba yang durasi penilaiannya cukup lama seperti even-even BnR.
Ketika sesi lovebird digelar menjelang atau selepas maghrib, Kusumo kerap tidak mampu menempati peringkat teratas. Misalnya dalam even Road to BnR Award di Lapangan Banteng hingga BnR Award di Taman Bunga Wiladatika Cibubur, beberapa waktu lalu. Kusumo tetap juara pada sesi awal, tetapi bukan yang terbaik pada sesi-sesi terakhir yang digelar malam hari.
Om Sigit pun mencoba membenahi kelemahan itu. Hasilnya mulai terlihat dalam beberapa even usai lebaran. Dalam even Redy Cup I di Jogja (9/8) yang menggunakan juri BnR, Kusumo mampu menjuarai Kelas Sangrilla, sesi ke-25 yang digelar selepas maghrib. Alhasil, Kusumo menyapubersih empat kelas yang dilombakan.
Pekan berikutnya, Minggu (16/8), Kusumo mengikuti even Gubernur Jateng Cup di Balai Sindoro, kompleks PRPP Semarang. Ini juga even garapan BnR. Situasinya jauh berbeda dari lomba konvensional, lantaran digelar di dalam ruangan (indoor). Sebelumnya, hanya Papburi yang berani menggelar even indoor berpagar dan bertembok).
Suka atau tidak suka, Kusumo akan menghadapi situasi yang baru. Bagaimana pun, lomba di dalam ruangan yang mengandalkan penerangan lampu memiliki suasana mirip lomba di malam hari.
Ternyata Kusumo tetap mau tampil maksimal. Bahkan dua sesi terakhir lovebird digelar malam hari, yaitu Kelas Mendut B dan Gedongsongo, tetap dimenangi Kusumo. Makin sempurnalah kemenangan Kusumo kali ini, karena mencetak rekor baru menjuarai tujuh kelas sekaligus dalam sebuah even.

Adaptasi menjadi kata kunci

Apakah ada perlakuan yang berbeda, terutama selama libur puasa dan lebaran, sehingga LB Kusumo mau nampil pada malam hari, maupun dalam even indoor?
Om Sigit WMP menjawab ada, terutama melakukan proses adaptasi atau pembiasaan. Selain itu, terdapat sedikit perubahan pada setelannya, yang sebenarnya bersifat situasional.
“Kebetulan di rumah sedang ada beberapa tukang bangunan yang sedang bekerja. Biasanya Kusumo saya gantang terbuka di luar rumah. Tapi dalam sebulan terakhir, karena ada tukang bangunan yang bekerja, Kusumo saya gantang di dalam rumah,” tutur Om Sigit.
Karena terbiasa digantang di dalam rumah, dibantu penerangan lampu, Kusumo akhirnya malah bisa beradaptasi dengan suasana lomba pada malam hari, di bawah penerangan lampu. Suasana ini juga biasa kita jumpai dalam lomba burung indoor.
Proses adaptasi memang menjadi kata kunci. Bahkan Om Sigit juga melakukan hal ini beberapa saat sebelu gelaran Gubernur Jateng Cup dimulai.
“Waktu itu, pemain lain baru membuka kerodong saat mau gantang. Saya malah meminta kru untuk meletakkan sangkar Kusumo di dalam gedung lomba, lalu buka kerodong. Dengan demikian, Kusumo punya kesempatan beradaptasi dengan suasana lomba,” jelas Om Sigit.
Benar saja! Ketika lomba dimulai, beberapa jagoan yang semula diunggulkan bakal mampu bersaing, justru baru bisa nampil pada sesi ketiga dan seterusnya. Pasalnya, burung-burung itu tidak menjalani proses adaptasi sejak awal.
Om Sigit juga punya kebiasaan unik dalam memperlakukan Kusumo setelah mengikuti sesi yang satu, kemudian istirahat sebelum mengikuti sesi berikutnya. Kebiasaan ini mulai diterapkannya pada even Angkasa Pura Cup IV di Solo, 8 Februari 2015.
“Saat itu cuaca panas menyengat. Saya memberanikan diri untuk membiarkan Kusumo tetap dibuka kerodongnya selama masih istirahat. Bahkan sangkarnya saya taruh di bawah. Sebab saat itu masih suka bunyi. Saya hanya menyiapkan bilah kecil pakai sedotan untuk menyentil kalau dia bunyi,” kata Om Sigit.
Saat itu Kusumo menjuarai dua kelas. Meski sudah moncer sejak awal tahun 2013, prestasi fantastik mulai ditorehkan Kusumo sejak tampil dalam even FairPlay Cup di Solo, 1 Maret 2015. Ketika itu lima kelas berhasil dijuarainya, dan sekali juara 2.
Sejak itu prestasi lovebird Kusumo terus melambung, dan bisa dibilang menjadi lovebird fenomenal tahun ini, sekaligus lovebird terbaik sepanjang sejarah lomba burung kicauan di Indonesia.
Setelan yang dicobanya sejak di Angkasa Pura IB itu kini menjadi tren, banyak diikuti pemain lovebird lainnya. “Ya, sekarang banyak teman yang mencoba mengikuti pola setelan Kusumo, yaitu tak perlu mengerodongnya selama masa istirahat di lapangan. Tips ini juga bisa diikuti rekan-rekan lain yang selama ini susah menemukan setelan lovebird,” tandas Om Sigit. 


Share:

Definition List

Unordered List

Support